4/02/2010

"KEDEWASAAN" dalam kata-kata

Sudah bertahun-tahun kata “KEDEWASAAN” berputar-putar dalam benak dan pikiran saya, sampai suatu saat seorang teman melontarkan kata itu kepada saya dalam sebuah kalimat “Dia lebih dewasa dibandingkan km”. Spontan saya terdiam beberapa saat... kemudian saya melontarkan sebuah pertanyaan “Dewasa menurut km apa? Tapi tak satu kalimat pun keluar dari bibir teman saya (yang kebetulan seorang wanita).

Seseorang dikatakan dewasa bukan karena dia telah mencapai umur tertentu. Terkadang, ada orang yang umurnya sudah tua tapi ada yang mengatakan perilakunya masih kekanak-kanakan. Ada juga, seseorang yang tergolong masih muda, tapi ada juga yang mengatakan dia itu seorang yang dewasa. Fenomena keseharian ini memperlihatkan bahwa umur tidak memberikan jaminan seseorang itu mampu mencapai “KEDEWASAAN”.

“KEDEWASAAN” bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia manapun didunia ini, bahkan seorang yang telah mengalami berbagai masalah psikologi, intelektual maupun spiritual. Manusia adalah makhluk yang melewati beragam proses menuju kesempurnaan. Manusia merupakan lokus bagi gabungan dari “unsur Suci” (Ruh Ilahi) yang menyebabkan para malaikat sujud kepada Adam dan “unsur hina’ (debu tanah) yang menjadikan Iblis bersikap rasis enggan sujudnya. Unsur Suci adalah “kodrat langit” yang memberi potensi ketakwaan sehingga manusia dapat lebih mulia daripada malaikat, dan unsur debu tanah adalah “kodrat bumi” yang memberi potensi berbuat fujur (dosa) sehingga manusia bisa meluncur ke derajat yang lebih hina.

Sejak lahir kodrat bumi memaksa kita untuk menuju “KEDEWASAAN” secara fisik-biologis, dan kodrat langit memberi pilihan kepada kita untuk menuju “KEDEWASAAN” secara psikis-spitirtual. “KEDEWASAAN” bukan sekedar kesiapan untuk menghasilkan keturunan (reproduksi), tetapi “KEDEWASAAN” adalah kemampuan untuk melahirkan keputusan memilih jalan yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya.

Mencapai usia dewasa merupakan anugerah Allah SWT yang paling besar kepada seseorang, karena di usia ini ia akan diberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga terbentang dihadapannya jalan kebenaran dan diteguhkan hatinya dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

“Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan.“ (QS. 28;14).

Dewasa dan cukup umur (baligh) yang dimaksudkan dalam ayat tersebut menurut pandangan dunia Islam adalah ketika seseorang telah mengalami atau mendapatkan tanda-tanda yaitu ketika seorang laki-laki yang telah mengalami mimpi basah dan seorang wanita yang telah mengeluarkan darah kotor (Haid). Disinilah dimulainya peran seorang manusia yang telah mendapatkan tanggung jawab atas segala amal dan dosa perbuatanya di hadapan Allah SWT.

Marilah kita berpikir sejenak bagaimana pandangan masyarakat umum dengan sebuah kesimpulan “KEDEWASAAN” secara sederhana dengan sebuah pertanyaan, sebagai berikut:

Bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang?

Bagaimana cara berpakaian dan berdandannya?

Bagaimana caranya menghadapi tantangan?

Bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga?

Bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini?

Bagaimana kecerdasan atau intelegensi seorang yang dewasa?

Semua pertanyaan diatas menjadi sesuatu yang sangat mudah untuk kita ketahui jawabannya tanpa mengetahui latar belakang seseorang baik karakter atau watak maupun budaya.

“KEDEWASAAN” bukanlah sesuatu yang instan dan bisa dipaksakan menurut keinginan semata, melainkan sebuah proses kehidupan dalam mencapai sebuah kesempurnaan manusia seutuhnya. Sehingga ketika seseorang yang hanya melihat sebuah kesuksesan dalam keduniawian semata dengan hura-hura dan foya-foya tanpa melakukan sebuah refleksi penyadaran diri yang hakiki maka hilanglah pribadi dan jati diri sesungguhnya yang sangat jauh dari kata “KEDEWASAAN”.

Dengan demikian “KEDEWASAAN” bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan ”menjadi” atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen!.

Kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan “KEDEWASAAN” itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang:


1. Dia menerima dirinya sendiri


Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Abraham Maslow berkata, ”Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya”. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.


2. Dia menghargai orang lain


Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut.


3. Dia menerima tanggung jawab


Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.


4. Dia percaya pada diri sendiri


Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buahnya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.


5. Dia sabar


Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.


6. Dia mempunyai rasa humor


Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.


7. Dia mempunyai ketabahan, keuletan, dan daya tahan


Orang dewasa bukannya orang yang bebas dari beban. Namun dia selalu mampu bangkit dari goncangan-goncangan hidup, dan tidak berpura-pura seolah-olah semuanya baik. Dia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan harus diperbaiki, dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyesali keadaan. Kegagalan mungkin meremukkan orang yang lemah, namun bagi mereka yang dewasa, kegagalan menjadi pelajaran yang berharga.


8. Dia dapat membuat keputusan-keputusan


Orang yang dewasa, meski harus dengan sabar mengumpulkan fakta untuk memecahkan persoalan, dapat mengambil keputusan berdasarkan data-data yang kurang lengkap. Dia sadar bahwa terkadang dia harus mengambil tindakan berdasarkan keyakinan terhadap dirinya sendiri. Dia bersedia memikul resiko, namun tetap berdasarkan perkiraan-perkiraan yang terbaik yang dapat diperolehnya. Dia tahu, jika harus menunggu semua kepastian, mungkin sekali dia akan ketinggalan kereta.


9. Dia memiliki integritas


Seseorang yang matang bukanlah orang yang mudah beralih dan menyimpang karena keinginan-keinginan yang muncul tiba-tiba, namun ia dapat beralih dari satu topik ke topik lain tanpa menjadi kacau dan bingung. Dia bukan orang yang menyerak-nyerakkan energinya sia-sia.


10. Dia senang bekerja


Seseorang yang beremosi sehat dan berkepribadian matang tahu bagaimana menikmati pekerjaannya. Dia jarang bermalas-malasan. Dia menghargai pekerjaannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam melakukan sesuatu yang baik. Namun demikian banyak orang yang bekerja sebagai bentuk pelarian atau persembunyian dari persoalan berat dan kekecewaan dalam kehidupan pribadinya. Dorongan yang tidak sehat ini memang bisa membuat perusahaan tempat mereka bekerja mendapat keuntungan, tetapi tidak adil bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka yang dewasa, bekerja adalah jalan untuk membangun monumen masa depan mereka. Bekerja merupakan jalan untuk menunjukkan dedikasi mereka, dan menjaga diri untuk tidak berkubang dalam kecemasan-kecemasan dan persoalan mereka sendiri.


11. Dia mempunyai prinsip-prinsip yang kuat


Seseorang yang matang dan dewasa tidak mudah menyerah dalam memegang teguh prinsip-prinsipnya, namun ia luwes jika itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Dia mempunyai perasaan nilai yang kuat yang menjadi pembimbingnya dalam bertingkah laku. Bagi mereka yang dewasa, perusahaan dipandang sebagai sebuah makhluk hidup yang perlu untuk diasuh dan dilindungi. Ini menjadikan mereka begitu keras dalam menghadapi orang lain jika keberadaan perusahaan perlu diselamatkan.

12. Dia seimbang


Seseorang yang sudah berkepribadian dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang berkeseimbangan. Dia sanggup bekerja keras namun juga mampu melepaskan diri dari tekanan-tekanan serta menikmati waktu senggangnya. Dia menyadari perannya dalam perspektif yang lebih besar dan lebih luas.



Itulah Beberapa hal yang mungkin dapat membantu kita dalam menjalani sebuah proses dengan sebuah pengertian yang mendalam bagaimana sebuah “KEDEWASAAN” ada atau bahkan tidak ada sama sekali dalam diri kita.

Sumber2 link:

MAKNA KEDEWASAAN

Kedewasaan Seseorang

4 comments:

None said...

aku jadi terharu membaca artikel ini, aku menganggap diriku anak-anak, tapi selebihnya aku udah mulai tumbuh dewasa, banyak kesamaan yang ada pada diriku dengan artikel ini, serasa bercermin, karena aku ngga pernah mendeskripsikan kata dewasa dalam diriku, lebih dari pada itu, aku bercermin dengan kehidupanku, dan sungguh aku sekarang tak pantas lagi menyebut aku masih anak-anak, umur bukan jadi sebuah batasan, nice share :)

ronjot said...

Maaf bro aku ikutan yo
klo KEDEWASAAN menurut aku
1.Cepat
2.Tanggap
3.Bijaksana
4.Tanggung jawab

1.Cepat:Menilai dalam suatu masalah yang hadi di kehidupan kita
2.Tanggap:Dengan situasi dan kondisi sekarang/esok
3.Bijaksana:Saat menentukan sebuah kesimpulan ato ide yang tercetus dalam sebuah pemikiran kita
4.Tanggung jawab:Dalam semua aktivitas maupun pendapat yg kita ungkapkan

Mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau penulisan.....

salam RONJOT

Saiful said...

Aq juga sebenernya blm bisa menilai apakah diriku seorang yg dianggap dewasa..

Anonymous said...

aku jadi sedih baca ne..
ternyata aku masih jauh dari sosok seorang yang dewasa..
aku ingin perubahan dalam diri dan hidup ku