4/13/2010

Nafsu dan keinginan


Hari yang cukup melelahkan,...
Di depan layar monitor melototin laptop yang lg error.. wuis BT!
gara2 modem baru sialan yg ngak ke detect di mac aplikasi.

Mungkin ini peringatan buatku yg pengen bgt ama yg namanya modem yg katanya harus pake helm.. wuiiiissss cepat hemat.. busyet kaya onta.
Ngak sabar membuat sebuah kekecewaan semakin menjadi-jadi.
ngak perlu memang menginginkan sesuatu yg mengebu-ngebu yg ternyata malah tidak sesuai yg di harapkan. apalagi sampe membuat kacau yg laen!

Aduh sabar..

4/09/2010

Sebuah Perjalanan Kecil

"Didalam kereta sancaka sore"

Sudah tujuh tahun lamanya perjalanan Surabaya menuju Jogjakarta ataupun sebaliknya dengan kereta Sancaka ini. Tak terasa waktu berlalu dan berapa uang yang harus dikeluarkan, kadang terlupakan.

Berbagai hal dan kejadian-kejadian telah kulalui bersama kereta ini, mulai dari hal-hal lucu, aneh, pertemuan pada pandangan pertama sampai hal mengerikan. Pernah suatu ketika terjadi kecelakaan, kereta sancaka yang saya tumpangi menabrak seseorang, entah orang itu gila atau sengaja menabrakkan diri. Sehingga kereta terpaksa harus berhenti untuk melihat kondisi orang tersebut dan ternyata diketahui telah meninggal dunia kemudian membawa jenazah tersebut kedalam kereta.

Kereta ini juga mengingatkan sebuah kisah romantis yang indah, ketika pacar saya (mantan) datang kejogja tuk menjenguk diriku. Dengan segala rasa rindu yg membuat hati saya berdebar menunggu kedatangannya hingga tak sanggup tuk menantinya datang terlambat sedikitpun. Dengan kereta ini pula kami berdua pulang menuju surabaya yang kebetulan tempat lahir kita berdua.

Wajah demi wajah silih berganti dalam sebuah gerbong kereta, tatapan dan sorotan mata tak pernah lepas dari indra penglihatan yg masih terekam jauh dalam sel-sel otak ingatan diri ini. Kadang perjalanan ini menjadi sesuatu yang sangat menjemukan, menunggu dan menunggu menjadi hal yang membuat saya bosan dan terpaksa memaksakan diri untuk menutup mata sampai kota tujuan.

...........................

di stasiun balapan Solo

“Sekitar 2 jam lagi perjalanan menuju Jogjakarta, makin membuat pikiran ini resah, gundah, dan gelisah. Masih banyak yang harus dikerjakan dijogja dan harus terselesaikan dalam waktu dekat ini”

Menatap keluar jendela kereta, melihat pemandangan yang hijau cukup menghibur dalam perjalananku. Walau tak semua pemandangan dapat kunikmati karena malam hari tetapi memberikan sebuah kerinduan dalam hati.

Sampai kapankah perjalananku bersamamu keretaku....
Ingin kuganti langkahmu dijalan beraspal dan berliku....
Masihkah kita melanjutkan perjalanan ketempat yang berbeda....


Keretaku Sancaka Surabaya-Jogja.

4/03/2010

Usaha dan Berusaha


1 minggu di surabaya membuat otakq kram berat..!
bukan karena hal apa2 tapi "what can i do for..?" tahun ini sangat berat selain gagal bercinta juga skripsi yg belum kelar2 ditambah keadaan yg semakin memburuk.....

di warnet punya temen

kepikiran ntar kalo dah lulus ngapain ya
buat muntah mual enek rasanya! ngak bisa berbuat apa2...
hanya ngersulo(sebuah judul tulisan blog temen)
kenapa setelah beberapa tahun terlewati hanya sebuah kata
"ngersulo" yg berarti mengeluh terucap.

apakah semua manusia didunia ini tidak ada yg pernah mengeluh..?
pasti tidak ada yg ngak pernah....
mengeluh bisa saja kepada alloh swt sebagai tempat mencurahkan segala isi hati
dengan doa, ataukah dengan seseorang.

bosan memang ketika mendengarkan sesorang yg terus menerus mengeluh ngak ada artinya,
apalagi ngak usaha dan berusaha! prek lah.

kejadian ini bermula dari sebuah keinginan membuat sebuah kerjasama kerja
yang efisien dan berkualitas ato apalah itu,
ngak berjalan oh...
ngak da partner..!
ngak ada ide..!
dananya ngak cukup..!
ato apapun alasanya yg jelas sama sekali ngak kesampaian.

kawan cobalah kita berpikir untuk membuat sesuatu yg penting demi masa depan,
ngak penting kalo di bicarakan memang!
tapi paling tidak kita usaha dan berusaha dengan itikad baik, bukan sesuatu yg di anggap salah jika sebuah pikiran ato ide tidak dapat diterima karena berbagai hal. maaf kawan....

apakah harus dengan membaca sebuah buku setumpuk kardus ato sekeranjang, untuk membuat sebuah katakanlah gerobak air.

flash back.....

kita pasti inget zaman nenek kakek kita dulu sebuah gerobak air yg digunakan membawa air,
sangat berguna sekali dan ada penyewaan gerobak air. tapi lama2 gerobak air itu tidak digunakan lagi (masih tp didaerah tertentu yang sangat jarang sekali).
dan kemudian berganti dengan pipa-pipa air seperti sekarang ini.

cerita diatas memberikan sebuah gambaran sekilas bagaimana
sebuah produk itu habis di telan jaman. ngak ada yg abadi men!
tapi bukan berarti kita tidak bisa dan mampu membuat sebuah ide terealisasi dengan
masa depan, tapi relistiskah jika sebuah ide terhenti hanya gara2 ngak cocok untuk katakanlah 5 tahun kedepan..!?
lho.. bukanya yang kita lihat sekarang dan berkembang setelah apa yang kita lakukan untuk masa depan..!
ironi memang sebuah keahlian dan kecerdasan hanya berdasarkan seberapa banyak buku dan pengetahuan seseorang. Terbatas cak!

Usaha dan berusaha adalah hal utama sebagai dasar lahan ladang mencangkul dan memupuk untuk mendapatkan hasil panen.

jadilah buruh dan raja sesungguhnya yg paling mulia kawan...!

4/02/2010

"KEDEWASAAN" dalam kata-kata

Sudah bertahun-tahun kata “KEDEWASAAN” berputar-putar dalam benak dan pikiran saya, sampai suatu saat seorang teman melontarkan kata itu kepada saya dalam sebuah kalimat “Dia lebih dewasa dibandingkan km”. Spontan saya terdiam beberapa saat... kemudian saya melontarkan sebuah pertanyaan “Dewasa menurut km apa? Tapi tak satu kalimat pun keluar dari bibir teman saya (yang kebetulan seorang wanita).

Seseorang dikatakan dewasa bukan karena dia telah mencapai umur tertentu. Terkadang, ada orang yang umurnya sudah tua tapi ada yang mengatakan perilakunya masih kekanak-kanakan. Ada juga, seseorang yang tergolong masih muda, tapi ada juga yang mengatakan dia itu seorang yang dewasa. Fenomena keseharian ini memperlihatkan bahwa umur tidak memberikan jaminan seseorang itu mampu mencapai “KEDEWASAAN”.

“KEDEWASAAN” bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia manapun didunia ini, bahkan seorang yang telah mengalami berbagai masalah psikologi, intelektual maupun spiritual. Manusia adalah makhluk yang melewati beragam proses menuju kesempurnaan. Manusia merupakan lokus bagi gabungan dari “unsur Suci” (Ruh Ilahi) yang menyebabkan para malaikat sujud kepada Adam dan “unsur hina’ (debu tanah) yang menjadikan Iblis bersikap rasis enggan sujudnya. Unsur Suci adalah “kodrat langit” yang memberi potensi ketakwaan sehingga manusia dapat lebih mulia daripada malaikat, dan unsur debu tanah adalah “kodrat bumi” yang memberi potensi berbuat fujur (dosa) sehingga manusia bisa meluncur ke derajat yang lebih hina.

Sejak lahir kodrat bumi memaksa kita untuk menuju “KEDEWASAAN” secara fisik-biologis, dan kodrat langit memberi pilihan kepada kita untuk menuju “KEDEWASAAN” secara psikis-spitirtual. “KEDEWASAAN” bukan sekedar kesiapan untuk menghasilkan keturunan (reproduksi), tetapi “KEDEWASAAN” adalah kemampuan untuk melahirkan keputusan memilih jalan yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya.

Mencapai usia dewasa merupakan anugerah Allah SWT yang paling besar kepada seseorang, karena di usia ini ia akan diberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga terbentang dihadapannya jalan kebenaran dan diteguhkan hatinya dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

“Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan.“ (QS. 28;14).

Dewasa dan cukup umur (baligh) yang dimaksudkan dalam ayat tersebut menurut pandangan dunia Islam adalah ketika seseorang telah mengalami atau mendapatkan tanda-tanda yaitu ketika seorang laki-laki yang telah mengalami mimpi basah dan seorang wanita yang telah mengeluarkan darah kotor (Haid). Disinilah dimulainya peran seorang manusia yang telah mendapatkan tanggung jawab atas segala amal dan dosa perbuatanya di hadapan Allah SWT.

Marilah kita berpikir sejenak bagaimana pandangan masyarakat umum dengan sebuah kesimpulan “KEDEWASAAN” secara sederhana dengan sebuah pertanyaan, sebagai berikut:

Bagaimana penampilan seseorang yang dewasa atau matang?

Bagaimana cara berpakaian dan berdandannya?

Bagaimana caranya menghadapi tantangan?

Bagaimana tanggung jawabnya terhadap keluarga?

Bagaimana pandangan hidupnya tentang dunia ini?

Bagaimana kecerdasan atau intelegensi seorang yang dewasa?

Semua pertanyaan diatas menjadi sesuatu yang sangat mudah untuk kita ketahui jawabannya tanpa mengetahui latar belakang seseorang baik karakter atau watak maupun budaya.

“KEDEWASAAN” bukanlah sesuatu yang instan dan bisa dipaksakan menurut keinginan semata, melainkan sebuah proses kehidupan dalam mencapai sebuah kesempurnaan manusia seutuhnya. Sehingga ketika seseorang yang hanya melihat sebuah kesuksesan dalam keduniawian semata dengan hura-hura dan foya-foya tanpa melakukan sebuah refleksi penyadaran diri yang hakiki maka hilanglah pribadi dan jati diri sesungguhnya yang sangat jauh dari kata “KEDEWASAAN”.

Dengan demikian “KEDEWASAAN” bukan suatu keadaan yang statis, tapi lebih merupakan suatu keadaan ”menjadi” atau state of becoming. Pengertian ini menjelaskan suatu kasus misal, mengapa seorang eksekutif bertindak sedemikian dewasa dalam pekerjaannya, namun sebagai suami dan ayah ia banyak berbuat salah. Tak ada seseorang yang sanggup bertindak dan bereaksi terhadap semua situasi dan aspek kehidupan dengan kematangan penuh seratus persen!.

Kewajiban setiap orang adalah menumbuhkan “KEDEWASAAN” itu di dalam dirinya sendiri, dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Berikut ini ada beberapa kualitas atau tanda mengenai kematangan seseorang:


1. Dia menerima dirinya sendiri


Eksekutif yang paling efektif adalah ia yang mempunyai pandangan atau penilaian baik terhadap kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu melihat dan menilai dirinya secara obyektif dan realitis. Dengan demikian ia bisa memilih orang-orang yang mampu membantu mengkompensasi kelemahan dan kekurangannya. Ia pun dapat menggunakan kelebihan dan bakatnya secara efektif, dan bebas dari frustasi-frustasi yang biasa timbul karena keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dalam dirinya. Orang yang dewasa mengenal dirinya sendiri dengan lebih baik, dan senantiasa berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia tidak berkepentingan untuk menandingin orang lain, melainkan berusaha mengembangkan dirinya sendiri. Abraham Maslow berkata, ”Orang yang dewasa ingin menjadi yang terbaik sepanjang yang dapat diusahakannya”. Dalam hal ini dia tidak merasa mempunyai pesaing-pesaing.


2. Dia menghargai orang lain


Eksekutif yang efektif pun bisa menerima keadaan orang lain yang berbeda-beda. Ia dikatakan dewasa jika mampu menghargai perbedaan itu, dan tidak mencoba membentuk orang lain berdasarkan citra dirinya sendiri. Ini bukan berarti bahwa orang yang matang itu berhati lemah, karena jika kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri seseorang itu sudah sedemikian mengganggu tujuan secara keseluruhan, ia tak segan memberhentikannya. Ukuran yang paling tepat dan adil dalam hubungan dengan orang lain bahwa kita menghormati orang lain, adalah ketiadaan keinginan untuk memperalat atau memanipulasi orang lain tersebut.


3. Dia menerima tanggung jawab


Orang yang tidak dewasa akan menyesali nasib buruk mereka. Bahkan, mereka berpendapat bahwa nasib buruk itu disebabkan oleh orang lain. Sedangkan orang yang sudah dewasa malah mengenal dan menerima tanggung jawab dan pembatasan-pembatasan situasi dimana ia berbuat dan berada. Tanggung jawab adalah perasaan bahwa seseorang itu secara individu bertanggung jawab atas semua kegiatan, atau suatu dorongan untuk berbuat dan menyelesaikan apa yang harus dan patut diperbuat dan diselesaikan. Mempercayakan nasib baik pada atasan untuk memecahkan persoalan diri sendiri adalah tanda ketidakdewasaan. Rasa aman dan bahagia dicapai dengan mempunyai kepercayaan dalam tanggung jawab atas kehidupan sendiri.


4. Dia percaya pada diri sendiri


Seseorang yang matang menyambut dengan baik partisipasi dari orang lain, meski itu menyangkut pengambilan keputusan eksekutif, karena percaya pada dirinya sendiri. Ia memperoleh kepuasan yang mendalam dari prestasi dan hal-hal yang dilaksanakan oleh anak buahnya. Ia memperoleh perasaan bangga, bersama dengan kesadaran tanggung jawabnya, dan kesadaran bahwa anak buahnya itu tergantung pada kepemimpinannya. Sedangkan orang yang tidak dewasa justru akan merasa sakit bila ia dipindahkan dari peranan memberi perintah kepada peranan pembimbing, atau bila ia harus memberi tempat bagi bawahannya untuk tumbuh. Seseorang yang dewasa belajar memperoleh suatu perasaan kepuasaan untuk mengembangkan potensi orang lain.


5. Dia sabar


Seseorang yang dewasa belajar untuk menerima kenyataan, bahwa untuk beberapa persoalan memang tidak ada penyelesaian dan pemecahan yang mudah. Dia tidak akan menelan begitu saja saran yang pertama. Dia menghargai fakta-fakta dan sabar dalam mengumpulkan informasi sebelum memberikan saran bagi suatu pemecahan masalah. Bukan saja dia sabar, tetapi juga mengetahui bahwa adalah lebih baik mempunyai lebih dari satu rencana penyelesaian.


6. Dia mempunyai rasa humor


Orang yang dewasa berpendapat bahwa tertawa itu sehat. Tetapi dia tidak akan menertawakan atau merugikan/melukai perasaan orang lain. Dia juga tidak akan tertawa jika humor itu membuat orang lain jadi tampak bodoh. Humor semestinya merupakan bagian dari emosi yang sehat, yang memunculkan senyuman hangat dan pancaran yang manis. Perasaan humor anda menyatakan sikap anda terhadap orang lain. Orang yang dewasa menggunakan humor sebagai alat melicinkan ketegangan, bukan pemukul orang lain.


7. Dia mempunyai ketabahan, keuletan, dan daya tahan


Orang dewasa bukannya orang yang bebas dari beban. Namun dia selalu mampu bangkit dari goncangan-goncangan hidup, dan tidak berpura-pura seolah-olah semuanya baik. Dia menerima kenyataan bahwa rasa sakit harus dipikul, kesalahan harus diperbaiki, dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk menyesali keadaan. Kegagalan mungkin meremukkan orang yang lemah, namun bagi mereka yang dewasa, kegagalan menjadi pelajaran yang berharga.


8. Dia dapat membuat keputusan-keputusan


Orang yang dewasa, meski harus dengan sabar mengumpulkan fakta untuk memecahkan persoalan, dapat mengambil keputusan berdasarkan data-data yang kurang lengkap. Dia sadar bahwa terkadang dia harus mengambil tindakan berdasarkan keyakinan terhadap dirinya sendiri. Dia bersedia memikul resiko, namun tetap berdasarkan perkiraan-perkiraan yang terbaik yang dapat diperolehnya. Dia tahu, jika harus menunggu semua kepastian, mungkin sekali dia akan ketinggalan kereta.


9. Dia memiliki integritas


Seseorang yang matang bukanlah orang yang mudah beralih dan menyimpang karena keinginan-keinginan yang muncul tiba-tiba, namun ia dapat beralih dari satu topik ke topik lain tanpa menjadi kacau dan bingung. Dia bukan orang yang menyerak-nyerakkan energinya sia-sia.


10. Dia senang bekerja


Seseorang yang beremosi sehat dan berkepribadian matang tahu bagaimana menikmati pekerjaannya. Dia jarang bermalas-malasan. Dia menghargai pekerjaannya sehingga mendapatkan kepuasan dalam melakukan sesuatu yang baik. Namun demikian banyak orang yang bekerja sebagai bentuk pelarian atau persembunyian dari persoalan berat dan kekecewaan dalam kehidupan pribadinya. Dorongan yang tidak sehat ini memang bisa membuat perusahaan tempat mereka bekerja mendapat keuntungan, tetapi tidak adil bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka yang dewasa, bekerja adalah jalan untuk membangun monumen masa depan mereka. Bekerja merupakan jalan untuk menunjukkan dedikasi mereka, dan menjaga diri untuk tidak berkubang dalam kecemasan-kecemasan dan persoalan mereka sendiri.


11. Dia mempunyai prinsip-prinsip yang kuat


Seseorang yang matang dan dewasa tidak mudah menyerah dalam memegang teguh prinsip-prinsipnya, namun ia luwes jika itu bukan untuk kepentingan pribadinya. Dia mempunyai perasaan nilai yang kuat yang menjadi pembimbingnya dalam bertingkah laku. Bagi mereka yang dewasa, perusahaan dipandang sebagai sebuah makhluk hidup yang perlu untuk diasuh dan dilindungi. Ini menjadikan mereka begitu keras dalam menghadapi orang lain jika keberadaan perusahaan perlu diselamatkan.

12. Dia seimbang


Seseorang yang sudah berkepribadian dewasa akan hidup dalam suatu kehidupan yang berkeseimbangan. Dia sanggup bekerja keras namun juga mampu melepaskan diri dari tekanan-tekanan serta menikmati waktu senggangnya. Dia menyadari perannya dalam perspektif yang lebih besar dan lebih luas.



Itulah Beberapa hal yang mungkin dapat membantu kita dalam menjalani sebuah proses dengan sebuah pengertian yang mendalam bagaimana sebuah “KEDEWASAAN” ada atau bahkan tidak ada sama sekali dalam diri kita.

Sumber2 link:

MAKNA KEDEWASAAN

Kedewasaan Seseorang